Disusun
Oleh
Kelompok
2
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Metode pembelajaran atau strategi
adalah suatu cara menyampaikan pesan yang terkandung dalam kurikulum. Metode
harus sesuai dengan materi yang akan disampaikan. Metode pembelajaran ini,
menjawab pertanyaan “how” yaitu bagaimana menyampaikan materi atau isi
kurikulum kepada siswa secara efektif. Oleh karenanya, walupun metode
pembelajaran adalah komponen yang kecil dari perencanaan pengajaran
(instructional plan), tetapi memiliki peran dan fungsi yang sangat penting.
kalau kita berbicara tentang metode pembelajaran, maka pembicaraan kita bukan hanya terbatas pada hal-hal pengajaran saja, tetapi menyangkut soal yang lebih luas seperti manajerial yang meliputi administrasi kepegawaian, pendidikan guru, buku-buku teks, teknologi pendidikan, dan lain-lain. Pendeknya meliputi segala hal yang akan membawa proses belajar mengajar lebih efektif . Pada dasarnya, metode adalah cara, yang di dalam fungsinya merupakan alat mencapai suatu tujuan. Hal ini berlaku bagi guru (metode mengajar) maupun bagi murid (metode belajar). Makin baik metode yang digunakan semakin efektif pula pencapaian tujuan. Metode dalam penerapannya dipengaruhi oleh banyak faktor misalnya: (1) murid atau pelajar (2) tujuan (3) situasi (4) fasilitas dan (5) guru atau pengajar .
.
BAB
II
LANDASAN
TEORI
A.
Pengertian
Pelaksanaan Proses Belajar Mengajar dan Proses Pembelajaran Matematika
Proses pembelajaran merupakan suatu kegiatan intraksi antara guru dan murid dimana akan diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar ( dimyati dan mudjiono, 2006 : 3 ). Proses pembelajaran juga diartikan sebagai suatu proses terjadinya intraksi antara pelajar, pengajar dalam upaya mencapai tujuan pembelajaran, yang berlangsung dalam suatu lokasi tertentu dalam jangka satuan waktu tertentu pula ( hamalik, 2006 : 162 ).
Berdasarkan pendapat kedua ahli tersebut di atas maka dapat disimpulkan bahwa proses pembelajaran sebagai suatu proses intraksi antara guru dan murid dimana akan dikhiri dengan proses evaluasi hasil belajar dalam upaya mencapai tujuan pembelajaran yang berlangsung dalam suatu lokasi dan jangka waktu tertentu.
Marpaung (2006:4) mengatakan bahwa proses pembelajaran matematika
di sekolah adalah sebuah proses matematisasi yang terdiri dari dua proses,
yakni matematisasi horisontal dan matematisasi vertikal. Matematisasi
horisontal adalah sebuah proses mentransfer dunia siswa kedalam dunia
matematik. Dalam prakteknya, guru menggunakan pendekatan pembelajaan
kontekstual (Contekstual Teaching and Leaning). Guru mengawali pembelajaran
dari masalah-masalah kontekstual, untuk kemudian melakukan formalisasi
matematis.
Sedangkan matematisasi vertikal adalah sebuah proses pembelajaran
matematika formal. Artinya, setelah melalui proses formalisasi, maka
penyelesaian persoalan matematika selanjutnya menggunakan pendekatan formal.
Dalam prakteknya, guru mengajak siswa untuk menyelesaikan persoalan melalui
pendekatan formal.
Pada tahapan matematisasi horisontal inilah keberadaan multimedia
berperan penting. Hal tersebut karena multimedia memiliki potensi dan kemampuan
yang dapat dimanfaatkan untuk membantu proses tersebut diantaranya;
1.
Membuat konsep yang abstrak menjadi kongkrit.
2.
Menampilkan animasi baik berupa gerakan maupun suara yang
mengilustrasikan proses yang terjadi.
3.
Mampu memberikan keseragaman persepsi, karena media mampu
dimanfaatkan untuk memfokuskan perhatian siswa.
4.
Mampu menyajikan informasi belajar secara konsisten dan dapat
diulang kapan dan dimanapun.
5.
Mampu mengatasi keterbatasan waktu dan tempat belajar.
B. Komponen-Komponen Proses Belajar
Mengajar
Menurut Adrian ( 2000 : 25 ) dalam artikelnya yang berjudul “metode mengajar berdasarkan tipologi belajar siswa”, menjelaskan kegiatan belajar mengajar melibatkan beberapa komponen yaitu guru (pendidik), peserta didik, tujuan pembelajaran, isi pembelajaran, metode mengajar, media dan evaluasi pembelajaran.
1.
Guru ( Pendidik )
Sebagai dijelaskan oleh H.A.R Tilaar yang dikutip oleh Suyanto ( 2001 : 31 ), memberikan empat ciri utama agar seorang guru terkelompok dalam guru yang professional, masing-masing itu adalah:
Sebagai dijelaskan oleh H.A.R Tilaar yang dikutip oleh Suyanto ( 2001 : 31 ), memberikan empat ciri utama agar seorang guru terkelompok dalam guru yang professional, masing-masing itu adalah:
·
Memiliki kepribadian yang matang dan
berkembang ( mature and developing personality),
·
Mempunyai keterampilan membangkitkan
minat peserta didik,
·
Memiliki penguasaan ilmu pengetahuan
dan teknologi yang kuat dan
·
Sikap profesionalnya berkembang
secara bersinambungan.
Sedangkan menurut wardiman
djojonegoro yang dikutip oleh suyanto ( 2001 : 33 ).
Guru yang bermutu memiliki paling tidak empat kreteria utama, yaitu :
Guru yang bermutu memiliki paling tidak empat kreteria utama, yaitu :
·
Kemampuan profesional, meliputi
kemampuan intelegensi, sikap dan prestasi kerja;
·
Upaya profesional adalah upaya
seorang guru untuk mentranspormasikan kemampuan professional yang dimilikinya
kedalam tindakan mendidik dan mengjar secara nyata,
·
Waktu yang dicurahkan untuk kegiatan
professional, menunjukan intensitas waktu dari seorang guru yang
dikonsentarsikan untuk tugas-tugas profesinya; dan 4) kesesuaian antara
keahlian dan pekerjaan, disini gur u dituntut untuk dapat membelajarkan siswa
secara tuntas,benar dan berhasil
Terkait dengan hal tersebut, maka fungsi dan tugas guru dalam situasi pendidikan dan pengajaran terjalin intraksi antara dan guru. Intraksi ini sesungguhnya merupakan intraksi antara dua kepribadian yaitu kepribadian guru sebagai seorang dewasa dan sedangkan berkembang mencari bentuk kedewasaan.
Terkait dengan hal tersebut, maka fungsi dan tugas guru dalam situasi pendidikan dan pengajaran terjalin intraksi antara dan guru. Intraksi ini sesungguhnya merupakan intraksi antara dua kepribadian yaitu kepribadian guru sebagai seorang dewasa dan sedangkan berkembang mencari bentuk kedewasaan.
Sehubungan dengan itu sukmadinata (
2004 : 252 ) menjelaskan fungsi / tugas seorang guru dalam proses pembelajaran sebagai
berikut :
A.
Guru Sebagai Pendidik Dan Pengajar
Tugas utama sebagai pendidik adalah membantu mendewasakan
anak. Dewasa secara psikologis, sosial, dan moral. Dewasa secara psikologis
berarti individu telah bisa berdiri sendiri, tidak bergantung pada orang lain
serta sudah mampu bertanggung jawab atas segala perbuatan dan mampu bersikap
obyektif. Dewasa secara sosial berarti telah mampu menjalin hubungan sosial dan
kerja sama dengan orang dewasa lainnya. Dewasa secara moral yaitu telah
memiliki seperangkat nilai yang ia akui kebenarannya dan mampu berprilaku
sesuai dengan nilai-nilai yang menjadi pegangannya.
Tugas utama guru sebagai pengajar adalah membantu perkembangan intelektual, afektif dan psikomotorik, melalui penyampaian pengetahuan, pemecahan masalah, latihan afektif dan keterampilan.
B .
Guru Sebagai Pembimbing
Selain sebagai pendidik dan pengajar guru juga sebagai pembimbing. Perkembangan anak tidak selalu mulus dan lancar, adakalanya lambat dan mungkin juga berhenti sama sekali. Dalam kondisi dan situasi seperti ini mereka perlu mendapatkan bantuan dan bimbingan. Sebagai upaya membantu anak mengatasi kesulitan atau hambatan yang dihadapi dalam perkembangannya.
Selain sebagai pendidik dan pengajar guru juga sebagai pembimbing. Perkembangan anak tidak selalu mulus dan lancar, adakalanya lambat dan mungkin juga berhenti sama sekali. Dalam kondisi dan situasi seperti ini mereka perlu mendapatkan bantuan dan bimbingan. Sebagai upaya membantu anak mengatasi kesulitan atau hambatan yang dihadapi dalam perkembangannya.
Sebagai pembimbing, guru perlu memiliki pemahaman yang seksama tentang para siswanya, baik itu tentang segala potensi dan kelemahannya, masalah dan kesulitan-kesulitannya. Serta segala latar belakangnya agar tercapai kondisi seperti itu, guru perlu banyak mendekati siswa, membina hubungan yang lebih dekat dan akrap, melakukan pendekatan serta mengadakan dialog-dialog secara langsung.
Selain fungsi seorang guru/ pendidik
dalam proses pembelajaran juga seorang guru dituntu memiliki sifat dan sikap
yang harus dimiliki oleh seorang guru adlah sebagai berikut :
·
Fleksibel, seorang guru adalah
seorang yang telah mempunyai pegangan hidup, telah punya prinsip, pendirian dan
keyakinan sendiri, baik dalam nilai-nilai maupun dalam ilmu pengetahuan. Guru
juga harus bisa bertindak bijaksana, terhadap orang yang tepat dalam situasi
yang tepat.
·
Bersikap terbuka, seorang guru
hendaknya memiliki sifat terbuka baik untuk menerima kedatangan siswa, untuk
diminta bantuan, juga untuk mengoreksi diri.
·
Berdiri sendiri, seorang guru adlah
seorang yang telah dewasa, ia telah sangup berdiri sendiri baik secara
intelektual, sosial maupun emosional. Berdiri sendiri secara intelektual,
berarti ia memiliki pengetahuan yang cukup untuk mengajar juga telah memberikan
pertimbangan-pertimbangan rasional dan mengambil suatu putusan atau pemecahan
masalah.
·
Peka, seorang guru harus peka atau
sensitif terhadap penampilan para siswanya.
·
Tekun, pekerjaan seorang guru
membutuhkan ketekunan, baik didalam memrsiapkam, melaksankan, menilai maupun
membina siswa sebagai generasi penerus bagi kehidupan yang akan datang,
·
Melihat kedepan, tugas guru adalah
membina siswa sebagai generasi penerus bagi kehidupan yang akan dating.
·
Menerima diri, seorang guru selain
bersikap realistis, ia juga harus mampu menerima keadaan dan kondisi dirinya (
sukmandinata, 2004 : 256-258 ).
Dalam
undang-undang no 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional, seorang guru
tidak hanya dituntut pengajar yang bertugas menyampaikan materi pelajaran
tertentu, tetapi juga harus berperan sebagai pendidik. Dimyati dan mudjiono
(2006 : 41 ) mengatakan tugas seorang guru adalah mengajar. Dalam kegiatan
mengajar ini tentu saja tidak dapat dilakukan sembarangan, tetapi harus harus
mengunakan teori-teori dan prinsip-prinsip belajar, prisnsip-prinsip belajar
sebagai berikut :
·
Perhatian dan motivasi, perhatian
dan motivasi mempunyai peranan yang sangat penting dalam kegiatan belajar.
·
Keaktifan, anak memupunyai dorongan
untuk berbuat sesuatu
·
Ketertiban langsung / pengalaman,
belajar haruslah dilakukan sendiri oleh siswa.
·
Pengulangan, melatih daya-daya jiwa
dan membentuk respon yang benar dan bentuk kebiasaan-kebiasaan
·
Tantangan, dalam belajar siswa tentu
memiliki hambatan yaitu mepelajari bahan belajar, maka timbulah motif yang
mengatasi hambatan itu dengan belajar.
Terdapat beberapa peran guru dalam pembelajaran tatap muka
yang dikemukakan oleh Moon ( 1989)
Yaitu sebagai berikut :
a.
Guru sebagai Perancang Pembelajaran
( Designer of Instruction)
b.
Guru seagai Pengelola pembelajaran (
Manager of Instruction )
c.
Guru sebagai pengarah pembelajaran
d.
Guru sebagai Evaluator ( Evluator of
Student Learning )
e.
Guru sebagai Konseler
f.
Guru sebagai pelaksana Kurikulum
2. Peserta Didik
Dimyati dan Mudjiono ( 2006 : 22 ) dalam bukunya belajar dan pembelajaran, mendefenisikan peserta didik atau siswa adalah subyek yang terlibat dalam kegiatan belajar mengajar disekolah. Sedangkan menurut Aminuddin Rasyad ( 2000 :105 ), peserta didik (siswa) adalah seseorang atau sekelompok orang yang bertindak sebagai pelaku, pencari, penerima, dan penyimpan isi pelajaran yang dibutuhkannya untuk mencapai tujuan.
Dimyati dan Mudjiono ( 2006 : 22 ) dalam bukunya belajar dan pembelajaran, mendefenisikan peserta didik atau siswa adalah subyek yang terlibat dalam kegiatan belajar mengajar disekolah. Sedangkan menurut Aminuddin Rasyad ( 2000 :105 ), peserta didik (siswa) adalah seseorang atau sekelompok orang yang bertindak sebagai pelaku, pencari, penerima, dan penyimpan isi pelajaran yang dibutuhkannya untuk mencapai tujuan.
3. Tujuan
Pembelajaran
Pada hakekatnya tujuan pembelajaran adalah perubahan prilaku dan tingkah laku yang positif dari peserta didik setelah mengikuti kegiatan belajar mengajar, seperti perubahan secara psikologis akan tampil dalam tingkah laku ( over behavior ) yang dapat diamati melalui alat indra oleh orang lain baik tutur kata, motorik, dan gaya hidup.
Pada hakekatnya tujuan pembelajaran adalah perubahan prilaku dan tingkah laku yang positif dari peserta didik setelah mengikuti kegiatan belajar mengajar, seperti perubahan secara psikologis akan tampil dalam tingkah laku ( over behavior ) yang dapat diamati melalui alat indra oleh orang lain baik tutur kata, motorik, dan gaya hidup.
4. Gaya Hidup
Untuk menjamin efektivitas pengembangan kurikulum dan program pembelajaran, maka kepala sekolah beserta guru-guru lainya untuk menjabarkan isi kurikulum secara lebih rinci dan oprasional kedalam program tahunan, semesteran, dan bulanan. Adapun program mingguan atau program satuan pelajaran wajib di kembangkan guru sebelum melakukan kegiatan belajar mengajar. Berikut prinsip-prinsip yang harus diperhatikan :
Untuk menjamin efektivitas pengembangan kurikulum dan program pembelajaran, maka kepala sekolah beserta guru-guru lainya untuk menjabarkan isi kurikulum secara lebih rinci dan oprasional kedalam program tahunan, semesteran, dan bulanan. Adapun program mingguan atau program satuan pelajaran wajib di kembangkan guru sebelum melakukan kegiatan belajar mengajar. Berikut prinsip-prinsip yang harus diperhatikan :
·
Tujuan yang dikehendaki harus jelas,
oprasional mudah terlihat, ketepatan program-program yang dikembangkan untuk
mencapai tujuan.
·
Program ini harus sederhana atau
fleksibel.
·
Program-program yang disusun dan
dikembangkan harus sesuai dengan tujuan yang telah diterapkan
·
Program yang dikembangkan harus
menyeluruh dan jelas pencapaiannya
·
Harus ada koordinasi antara kompone
pelaksana program disekolah ( Mulyasa, 2006 : 41 ).
5.
Materi Pelajaran
Materi pelajaran merupakan unsure belajar yang penting
mendapat perhatian oleh guru. Materi pelajaran merupakan medium untuk mencapai
tujuan pembelajaran yang “dikonsumsi” oleh siswa. Karena itu , penentuan materi
pelajaran mesti berdasarkan tujuan yang hendak dicapai, misalnya berupa
pengetahuan, keterampilan, sikap, dan pengalaman lainnya. Materi pelajaran yang
diterima siswa harus mampu merespons setiap perubahan dan mengantisipasi setiap
perkembangan yang akan terjadi di masa
depan.
6.
Metode Mengajar
Metodologi mengajar dalam dunia pendidikan perlu dimiliki oleh pendidik, karena keberhasilan Proses Belajar Mengajar (PBM) bergantung pada cara mengajar gurunya. Jika cara mengajar gurunya enak menurut siswa, maka siswa akan tekun, rajin, antusias menerima pelajaran yang diberikan, sehingga diharapkan akan terjadi peribahan tingkah laku pada siswa baik tutur katanya, sopan santunnya, motorik dan gaya hidup.
Metodologi mengajar dalam dunia pendidikan perlu dimiliki oleh pendidik, karena keberhasilan Proses Belajar Mengajar (PBM) bergantung pada cara mengajar gurunya. Jika cara mengajar gurunya enak menurut siswa, maka siswa akan tekun, rajin, antusias menerima pelajaran yang diberikan, sehingga diharapkan akan terjadi peribahan tingkah laku pada siswa baik tutur katanya, sopan santunnya, motorik dan gaya hidup.
Matematika
sebagai sebuah ilmu, memiliki ciri khas yang membedakannya dari pelajaran yang
lain diantaranya:
1.
Mengkaji Objek yang bersifat abstrak
2.
Mendasarkan diri pada kesepakatan-kesepakatan
3.
Menggunakan penalaran deduktif aksiomatis
4.
Memiliki kebenaran yang bersifat konsisten.
g.
Pengertian
Dari segi bahasa metode berasal dari dua kata, yaitu meta
dan hodos. Meta berarti ‘melalui’ dan hodos berarti ‘jalan’ atau ‘jalan’.
Dengan demikian metode adalah dapat berarti cara atau jalan yang harus dilalui
untuk mencapai suatu tujuan. Ada juga yang mengartikan bahwa metode adalah
suatu sarana untuk menemukan, menguji, dan menyususn data yang diperlukan bagi
pengembangan disiplin tersebut. Singkatnya metode adalah jalan untuk mencapai
tujuan. Adapun kata ‘metodologi’ berasal dari kata ‘metoda’ dan ‘logi’. Logi
berasal dari bahasa Yunani logos yang berarti akal atau ilmu. Jadi metodologi
artinya ilmu tentang jalan atau cara yang harus dilalui untuk mencapai suatu
tujuan.
Sebagai suatu ilmu, metodologi merupakan bagian dari perangkat disiplin keilmuan yang menjadi induknya. Hampir semua ilmu pengetahuan mempunyai metodologi tersendiri. Oleh karena itu ilmu pendidikan sebagai salah satu disiplin ilmu juga memiliki metodologi yaitu metodologi pendidikan. Jadi yang diamksud dengan metode pengajaran yaitu suatu ilmu pengetahuan tentang motode yang dipergunakan dalam pekerjaan mendidik.
Manfaat
atau kegunaan metode mengajar
Gunan mempelajari metode mengajar adalah sebagai berikut :
a.
Agar terpeliharanya sebagai
pembinaan mengajar
b.
Ukuran mengoreksi diri sesudah
mengajar
c.
Bahan pertimbangan dengan bahan lain
d.
Agar metode yang dipakai metode
terpilih dan tepat
e.
Untuk bahan studi selanjudny
b.
Macam Macam Metode Mengajar
1. Metode Ceramah
Metode ceramah yaitu sebuah metode mengajar dengan
menyampaikan informasi dan pengetahuan secara lisan kepada sejumlah siswa yang
pada umumnya mengikuti secara pasif. Muhibbin Syah, (2000). Metode ceramah
dapat dikatakan sebagai satu-satunya metode yang paling ekonomis untuk
menyampaikan informasi, dan paling efektif dalam mengatasi kelangkaan literatur
atau rujukan yang sesuai dengan jangkauan daya beli dan paham siswa. Metode ini
berbentuk penjelasan konsep, prinsip dan fakta pada akhir perkuliahan ditutup
dengan Tanya jawab antara dosen dan mahasiswa.
2.
Tanya Jawab
Metode tanya jawab adalah suatu metode dimana guru
menggunakan atau memberi pertanyaan kepada murid dan murid menjawab, atau
sebaliknya murid bertanya pada guru dan guru menjawab pertanyaan murid itu.
Metode tanya jawab merupakan cara penyajian pelajaran dalam
bentuk pertanyaan yang harus dijawab terutama dari guru kepada siswa, tetapi
dapat pula dari siswa kepada guru . Metode ini dipandang lebih baik dari pada
metode pembelajaran konvensional yaitu metode ceramah. Alasannya karena metode
ini dapat merangsang siswa untuk berfikir dan berkreativitas dalam proses
pembelajaran. Metode Tanya jawab juga dapat digunakan untuk mengukur atau
mengetahui seberapa jauh materi atau bahan pengajaran yang telah dikuasai oleh
siswa.
3.
Diskusi
metode diskusi adalah
metode mengajar yang sangat erat hubungannya dengan memecahkan masalah (problem
solving). Metode ini lazim juga disebut sebagai diskusi kelompok (group
discussion) dan resitasi bersama (socialized recitation). Metode diskusi dapat
pula diartikan sebagai siasat “penyampaian” bahan ajar yang melibatkan peserta
didik untuk membicarakan dan menemukan alternatif pemecahan suatu topik bahasan
yang bersifat problematis. Guru, peserta didik atau kelompok peserta didik
memiliki perhatian yang sama terhadap topik yang dibicarakan dalam diskusi.
4.
Demonstrasi
Metode demonstrasi
adalah metode mengajar dengan cara memperagakan barang, kejadian, aturan, dan
urutan melakukan suatu kegiatan, baik secara langsung maupun melalui penggunaan
media pembelajaran yang relevan dengan pokok bahasan atau materi yang sedang
disajikan. Menurut Syaiful Bahri Djamarah (2000) Metode demonstrasi adalah
metode yang digunakan untuk memperlihatkan sesuatu proses atau cara kerja suatu
benda yang berkenaan dengan bahan pelajaran.
5. Karyawisata/Pengalaman Lapangan
pada saat belajar
mengajar siswa perlu diajak ke luar sekolah, untuk meninjau tempat tertentu
atau obyek yang lain. Hal itu bukan sekedar rekreasi tetapi untuk belajar atau
memperdalam pelajarannya dengan melihat kenyataannya. Karena itu, dikatakan
teknik karya wisata, yang merupakan cara mengajar yang dilaksanakan dengan
mengajak siswa ke suatu tempat atau obyek tertentu di luar sekolah untuk
mempelajari atau menyelidiki sesuatu seperti meninjau pegadaian. Banyak istilah
yang dipergunakan pada metode karya wisata ini, seperti widya wisata, study
tour, dan sebagainya. Karya wisata ada yang dalam waktu singkat, dan ada pula
yang dalam waktu beberapa hari atau waktu panjang.
Metode karyawisata adalah metode pembelajaran yang mengajak
siswa untuk mengunjungi obyek-obyek dalam rangka untum menambah dan memperluas
wawasan obyek yang dipelajari tersebut ( sesuai dengan bidangnya). Misalnya
untuk pelajaran pendidikan geografi siswa dapat diajak ke obyek pemukiman
transmigrasi atau obyek morfologi. Untuk pelajaran pendidikan sejarah, siswa
dapat diajak ke situs sejarah. Untuk pelajaran pendidikan ekonomi siswa dapat
diajak mengunjungi pabrik, atau obyek kegiatan ekonomi.
6. Penugasan
Metode resitasi adalah metode penyajian bahan dimana guru
memberikan tugas tertentu agar siswa melakukankegiatan belajar. Metode ini
diberikan karena dirasakan bahan pelajaran terlalu banyak , sementara waktu
sedikit. Metode pemberian tugas adalah cara dalam proses belajar
mengajar dengan jalan memberi tugas kepada siswa. Tugas-tugas itu dapat berupa
mengikhtisarkan karangan, (dari surat kabar, majalah atau buku bacaan) membuat
kliping, mengumpulkan gambar, perangko, dan dapat pula menyusun karangan.
7.
Eksperimen Laboratorium
Metode eksperimen menurut
adalah cara penyajian pelajaran, di mana siswa melakukan percobaan
dengan mengalami sendiri sesuatu yang dipelajari. Dalam proses belajar
mengajar, dengan metode eksperimen, siswa diberi kesempatan untuk mengalami
sendiri atau melakukan sendiri, mengikuti suatu proses, mengamati suatu obyek,
keadaan atau proses sesuatu. Dengan demikian, siswa dituntut untuk mengalami
sendiri, mencari kebenaran, atau mencoba mencari suatu hukum atau dalil, dan
menarik kesimpulan dari proses yang dialaminya itu.
Metode ini menampilkan symbol-simbol atau peralatan yang
menggantikan proses kejadian atau benda yang sebenarnya. Metode ini adalah
suatu cara penguasaan bahan pelajaran melalui pengembangan dan penghayatan anak
didik. Metode yang melibatkan interaksi antara dua siswa atau lebih tentang
suatu topik atau situasi. Siswa melakukan peran masing-masing sesuai dengan
tokoh yang ia lakoni, mereka berinteraksi sesama mereka.
9.
Metode Meragakan
Metode meragakan ialah metode yang dilakukan dengan
menggunakan alat peraga (benda) dalam mengajar.
10.
Metode Sosio Drama
Metode yang di pergunakan untuk menjelaskan sesuatu, anak –
anak sendiri disuruh melakukannya atau apabila tujuan yang mencakup masalah
perhubungan antara manusia seperti peristiwa sejarah.
11.
Metode Test
Ialah metode mengajar dengan jalan memberikan tes kepada
anak – anak untuk mengetahuikemampuan anak dalam suatu kegiatan pelajaran.
Biasanya dilakukan setelah sesuatu bahan pelajaran diberikan kepada anak-anak
tes disusun dengan bentuk tes objektif, tes diberikan kepada semua anak dengan
bahan yang sama.
12.
Metode Drill
Metode mengajar dengan mempergunakan latihan-latihan secara
intensif dan berulang- ulang adalah memberikan latihan tertulis kepada anak
karena bahan pelajaran baru sedikit sedang waktu ujian semakin mendekat.
13.
Metode Infiltrasi
Metode ini disebut juga metode susupan, selipan maksudnya
antipati atau jiwa ajaran tertentu diselipkan atau diselundupkan kedalam
sesuatu. Mata pelajaran pada waktu guru menerangkan pelajaran tersebut misalkan
jiwa agama kita selipkan pada waktu mengajar umum.
14.
Metode Gotong Royon
Metode gotang raoyong ialah metode
yang dilakukan dengan bekerja sama antara beberapa orang anak untuk
menyelesaikan suatu tugas atau masalah. Metode ini disebut juga metode kelimpok
atau metode beregu dan metode kelompoknya disebut studi club, studi grup.
15.
Metode Survey
Metode yang dilakukan dengan mengadakan penelitian suatu
masalah dengan mengmpulkan data-data yang diperlukan dan langsung terjun kemasyarakat.
16.
Metode Wawancara
Metode yang dilakukan dengan mengadakan tanya jawab atau
wawancara antara kedua pihak yang langsung berhadapan muka.
17.
Metode Problem Solving
Metode yang digunakan dengan cara langsung menghadapi
masalah mengetahui dengan sejelas-jelasnya dan menemukan kesukaran-
kesukarannya sehingga dapat dipecahkan.
18.
Metode Proyek
Prinsipnya usaha dengan metode proble solving hanya lebih
kompleks sebab dilakukan dengan metode survey, wawancara, metode kelompok. Satu
kelompok dibagibagi dalam beberapa unit.
19.
Metode Dikte
Metode yang dilakukan dengan jalan
mendekte pelajaran (kuliah) untuk dicatat oleh murid, metode ini lazim dipaki
perguruan tinggi.
7.
Media
Media Merupakan segala sesuatu yang dapat digunakan dalam
rangka mencapai tujuan pembelajaran. Dwyer ( 1967 )berpendapat bahwa belajar
yang sempurna hanya dapat tercapai jika menggunakan bahan – bahan audio- visual yang mendekati
realitas.
Secara umum, media pembelajaran dapat dikelompokkan kedalam media
cetak dan non cetak, atau media elektronik dan non elektronik. Santosa
(2002:10). Beberapa jenis media pembelajaran yang sering digunakan diantaranya;
1.
Media pandang, dengar, dan gerak; VCD, Film.
2.
Media pandang gerak; film tak bersuara
3.
Media pandang diam; OHT (Over Head Transparancy), slide, gambar, chart, poster.
4.
Media dengar; rekaman (kaset dan CD)
5.
Media cetak; buku ajar, LKS, majalah, koran.
6.
Multimedia; komputer, slide berangkai.
Pengajaran yang baik perlu ditunjang oleh pengunaan media pengajaran. Berkenaan dengan media pengajaran ada yang mengartikan secara sempit, terbatas pada alat bantu pengajaran atau alat peraga. Tapi ada pula yang mengartikan secara luas termasuk juga sumber-sumber belajar selain buku, jurnal, adalah perpustakaan, laboratorium, kebun sekolah, dan sebagainya.
8. Evaluasi
Evaluasi dilakukan dalam rangka pengendalian mutu pendidikan secara nasional sampai bentuk akuntabilitas penyelengaraan pendidikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan ( UU Sisdiknas 2003, pasal 57 ). Sedangkan evaluasi hasil belajar peserta didik untuk membantu aktivitas, kemajuan dan perbaikan hasil belajar peserta didik secara berkesinambungan ( pasal 58 )
Evaluasi dilakukan dalam rangka pengendalian mutu pendidikan secara nasional sampai bentuk akuntabilitas penyelengaraan pendidikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan ( UU Sisdiknas 2003, pasal 57 ). Sedangkan evaluasi hasil belajar peserta didik untuk membantu aktivitas, kemajuan dan perbaikan hasil belajar peserta didik secara berkesinambungan ( pasal 58 )
C. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Proses Belajar Mengajar
Pelaksanaan proses belajar mengajar selayaknya berpegang pada apa yang tergantung dalam perencanaan pembelajaran. Selanjutnya diterbitkan oleh Depdiknas ( 2004 : 6 ) tentang factor-faktor yang mempengaruhi PBM tersebut antara lain :
·
Factor guru, pada faktor ini yang
perlu mendapat perhatian adalah keterampilan mengajar, metode yang tepat dalam
mengelola tahapan pembelajaran. Didalam intraksi belajar mengajar guru harus
memiliki keterampilan mengajar, mengelola tahapan pembelajaran, memanfaatkan
metode, mengunakan media dan mengalokasikan waktu yang untuk mengkomunikasikan
tindakan mengajarnya demi tercapainya tujuan pembelajaran di sekolah.
·
Faktor siswa, siswa adalah
subyek yang belajar atau yang disebut pembelajar. Pada faktor siswa yang harus
diperhatikan adalah karakteristik umum maupun khusus, karateristik umum dari
siswa adalah usia yang dikategorikan kedalam
·
Usia anak-anak yaitu usia pra
sekolah dasar ( 4- 11 tahun);
·
Usia sekolah lanjutan pertama (
12-14 tahun ) atau usia pubertas dari setiap siswa;
·
Usia sekolah lanjutan atas ( 15-17
tahun ) atau usia mencari identitas diri. Adapun karakteristik siswa secara
khusus dapat dilihat dapat dilihat dari berbagai sudut antara lain dari sudut
lain, dari sudut gaya belajar yang mencakup belajar dengan mengunakan visual,,
dengan cara mendengar (auditorial) dan dengan cara bergerak atau kinestetik (
Suprayekti, 2004 : 11),
·
Faktor kurikulum, kurikulum
merupakan pedoman bagi guru dan siswa dalam mengkoordinasikan tujuan dan isi
pelajaran. Pada faktor ini yang menjadi titik perhatian adalah bagai mana
merealialisasikan komponen metode dengan evaluasi,
·
Faktor lingkungan, lingkungan
didalam intraksi belajar mengajar merupakan konteks terjadinya pengalaman
belajar.
D. Hakekat Proses Belajar Mengajar
Dalam keseluruhan proses pendidikan , kegiatan belajar mengajar merupakan kegiatan yang paling pokok. Hal ini berarti bahwa berhasil atau tidaknya pencapaian pendidikan banyak bergantung kepada bagaimana proses belajar mengajar dirancang dan dijalankan secara professional.
Setiap kegiatan proses
belajar mengajar selalu melibatkan dua pelaku aktif, yaitu guru dan siswa. Guru
sebagai pengajar merupakan pencipta kondisi belajar siswa yang didesain secara
sengaja, sistematis dan bersikenbambungan. Sedangkan anak sebagai subyek
pembelajaran merupakan pihak yang menikmati kondisi belajar yang diciptakan
guru. Perpaduan dari kedua unsur manusiawi ini melahirkan intraksi edukatif
dengan memanfaatkan bahan ajar sebagai mediumnya. Pada kegiatan belajar,
keduanya (guru-murid) saling mempengaruhi dan member masukan. Karna itulah
kegiatan belajar mengajar harus merupakan aktivitas yang hidup, sarat nilai dan
senantiasa memiliki tujuan.
Rumusan belajar mengajar tradisional selalu menempatkan anak didik sebagai obyek pembelajaran dan guru sebagai subyeknya. Rumusan seperti ini membawa konsekuensi terhadap kurang bermaknanya kedudukan anak dalam proses pembelajaran, sedangkan guru menjadi faktor yang dominan dalam keseluruhan proses belajar mengajar. Pelaksanaan Proses Belajar Mengajar
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan
wawancara yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa dalam melaksanakan
kegiatan belajar mengajar, para guru menggunakan beberapa metode mengajara
seperti metode ceramah, tanya jawab, diskusi, dan pemberian tugas serta
karyawisata/pengalaman lapangan.
B.
Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas,
penulis menyarankan :
1. Kepada kepala Sekolah :
Kepala Sekolah selaku penanggung
jawab sekolah, hendaknya dapat menyediakan perangkat atau media belajar yang di
butuhkan bagi setiap guru sehingga proses kegiatan belajar mengajar akan dinamis
dan berfariasi yaitu dengan mengoptimalkan penggunaan media belajar yang
baik dan lengkap untuk meningkatkan prestasi belajar sisiwa. Dan untuk
menjalankan fungsi bimbingan, kaluu bisa pihak sekolah sudah selayaknya
menyediakan guru pembimbing khusus.
2. Kepada
Guru
Guru hendaknya dapat meningkatkan
kreatifitas dan mutu pendidikan dengan menerapkan metode-metode belajar yang
baik dalam proses belajar mengajar sehingga mampu menciptakan model-model
belajar yang dapat membantu siswa dalam menghadapi kesulitan belajar.
1 komentar:
Do you understand there's a 12 word phrase you can communicate to your crush... that will trigger deep emotions of love and impulsive attractiveness for you deep inside his heart?
That's because hidden in these 12 words is a "secret signal" that triggers a man's impulse to love, worship and protect you with all his heart...
=====> 12 Words That Fuel A Man's Love Instinct
This impulse is so built-in to a man's genetics that it will make him try better than before to make your relationship the best part of both of your lives.
In fact, fueling this dominant impulse is so important to having the best possible relationship with your man that as soon as you send your man one of the "Secret Signals"...
...You will soon notice him expose his soul and mind for you in such a way he haven't expressed before and he'll perceive you as the only woman in the universe who has ever truly interested him.
Posting Komentar