Jumat, 19 Juli 2013

Makalah Pendidikan dan Pembelajaran

MAKALAH 
PROSES PEMBELAJARAN 

DALAM MEMBERIKAN 

MATERI MATEMATIKA

Disusun Oleh
Kelompok 2


Rounded Rectangle: PUJI LESTARI		: 20128300764
YOSSI SISCA DEWI 	: 20128300773
SITI MAHMUDAH	  	: 20128300757
RISTA			: 20128300763
DEDEN HAIRULLAH 	: 20128300755
RI  HERIKO REVIYANDI	: 2012831081
 

















BAB I
PENDAHULUAN

A.           Latar Belakang Masalah
Metode pembelajaran atau strategi adalah suatu cara menyampaikan pesan yang terkandung dalam kurikulum. Metode harus sesuai dengan materi yang akan disampaikan. Metode pembelajaran ini, menjawab pertanyaan “how” yaitu bagaimana menyampaikan materi atau isi kurikulum kepada siswa secara efektif. Oleh karenanya, walupun metode pembelajaran adalah komponen yang kecil dari perencanaan pengajaran (instructional plan), tetapi memiliki peran dan fungsi yang sangat penting.

 kalau kita berbicara tentang metode pembelajaran, maka pembicaraan kita bukan hanya terbatas pada hal-hal pengajaran saja, tetapi menyangkut soal yang lebih luas seperti manajerial yang meliputi administrasi kepegawaian, pendidikan guru, buku-buku teks, teknologi pendidikan, dan lain-lain. Pendeknya meliputi segala hal yang akan membawa proses belajar mengajar lebih efektif . Pada dasarnya, metode adalah cara, yang di dalam fungsinya merupakan alat mencapai suatu tujuan. Hal ini berlaku bagi guru (metode mengajar) maupun bagi murid (metode belajar). Makin baik metode yang digunakan semakin efektif pula pencapaian tujuan. Metode dalam penerapannya dipengaruhi oleh banyak faktor misalnya: (1) murid atau pelajar (2) tujuan (3) situasi (4) fasilitas dan (5) guru atau pengajar .

.






BAB II
LANDASAN TEORI

A.          Pengertian Pelaksanaan Proses Belajar Mengajar dan Proses Pembelajaran Matematika

               Proses pembelajaran merupakan suatu kegiatan intraksi antara guru dan  murid dimana akan diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar ( dimyati dan mudjiono, 2006 : 3 ). Proses pembelajaran juga diartikan sebagai suatu proses terjadinya intraksi antara pelajar, pengajar dalam upaya mencapai tujuan pembelajaran, yang berlangsung dalam suatu lokasi tertentu dalam jangka satuan waktu tertentu pula ( hamalik, 2006 : 162 ).

     Berdasarkan pendapat kedua ahli tersebut di atas maka dapat disimpulkan bahwa proses pembelajaran sebagai suatu proses intraksi antara guru dan murid dimana akan dikhiri dengan proses evaluasi hasil belajar dalam upaya mencapai tujuan pembelajaran yang berlangsung dalam suatu lokasi dan jangka waktu tertentu.

Marpaung (2006:4) mengatakan bahwa proses pembelajaran matematika di sekolah adalah sebuah proses matematisasi yang terdiri dari dua proses, yakni matematisasi horisontal dan matematisasi vertikal. Matematisasi horisontal adalah sebuah proses mentransfer dunia siswa kedalam dunia matematik. Dalam prakteknya, guru menggunakan pendekatan pembelajaan kontekstual (Contekstual Teaching and Leaning). Guru mengawali pembelajaran dari masalah-masalah kontekstual, untuk kemudian melakukan formalisasi matematis.

Sedangkan matematisasi vertikal adalah sebuah proses pembelajaran matematika formal. Artinya, setelah melalui proses formalisasi, maka penyelesaian persoalan matematika selanjutnya menggunakan pendekatan formal. Dalam prakteknya, guru mengajak siswa untuk menyelesaikan persoalan melalui pendekatan formal.

Pada tahapan matematisasi horisontal inilah keberadaan multimedia berperan penting. Hal tersebut karena multimedia memiliki potensi dan kemampuan yang dapat dimanfaatkan untuk membantu proses tersebut diantaranya;
1.                  Membuat konsep yang abstrak menjadi kongkrit.
2.                  Menampilkan animasi baik berupa gerakan maupun suara yang mengilustrasikan proses yang terjadi.
3.                  Mampu memberikan keseragaman persepsi, karena media mampu dimanfaatkan untuk memfokuskan perhatian siswa.
4.                  Mampu menyajikan informasi belajar secara konsisten dan dapat diulang kapan dan dimanapun.
5.                  Mampu mengatasi keterbatasan waktu dan tempat belajar.






B.    Komponen-Komponen Proses Belajar Mengajar

     Menurut Adrian ( 2000 : 25 ) dalam artikelnya yang berjudul “metode mengajar berdasarkan tipologi belajar siswa”, menjelaskan kegiatan belajar mengajar melibatkan beberapa komponen yaitu guru (pendidik), peserta didik, tujuan pembelajaran, isi pembelajaran, metode mengajar, media dan evaluasi pembelajaran.

1.         Guru ( Pendidik )
Sebagai dijelaskan oleh H.A.R Tilaar yang dikutip oleh Suyanto ( 2001 : 31 ), memberikan empat ciri utama agar seorang guru terkelompok dalam guru yang professional, masing-masing itu adalah: 

·         Memiliki kepribadian yang matang dan berkembang ( mature and developing personality),  
·         Mempunyai keterampilan membangkitkan minat peserta didik, 
·         Memiliki penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi yang kuat dan 
·         Sikap profesionalnya berkembang secara bersinambungan.

Sedangkan menurut wardiman djojonegoro yang dikutip oleh suyanto ( 2001 : 33 ).
Guru yang bermutu memiliki paling tidak empat kreteria utama, yaitu : 
·         Kemampuan profesional, meliputi kemampuan intelegensi, sikap dan prestasi kerja; 
·         Upaya profesional adalah upaya seorang guru untuk mentranspormasikan kemampuan professional yang dimilikinya kedalam tindakan mendidik dan mengjar secara nyata,
·         Waktu yang dicurahkan untuk kegiatan professional, menunjukan intensitas waktu dari seorang guru yang dikonsentarsikan untuk tugas-tugas profesinya; dan 4) kesesuaian antara keahlian dan pekerjaan, disini gur u dituntut untuk dapat membelajarkan siswa secara tuntas,benar dan berhasil
      Terkait dengan hal tersebut, maka fungsi dan tugas guru dalam situasi pendidikan dan pengajaran terjalin intraksi antara dan guru. Intraksi ini sesungguhnya merupakan intraksi antara dua kepribadian yaitu kepribadian guru sebagai seorang dewasa dan sedangkan berkembang mencari bentuk kedewasaan.

Sehubungan dengan itu sukmadinata ( 2004 : 252 ) menjelaskan fungsi / tugas seorang guru dalam proses pembelajaran sebagai berikut :
A.                Guru Sebagai Pendidik Dan Pengajar

Tugas utama sebagai pendidik adalah membantu mendewasakan anak. Dewasa secara psikologis, sosial, dan moral. Dewasa secara psikologis berarti individu telah bisa berdiri sendiri, tidak bergantung pada orang lain serta sudah mampu bertanggung jawab atas segala perbuatan dan mampu bersikap obyektif. Dewasa secara sosial berarti telah mampu menjalin hubungan sosial dan kerja sama dengan orang dewasa lainnya. Dewasa secara moral yaitu telah memiliki seperangkat nilai yang ia akui kebenarannya dan mampu berprilaku sesuai dengan nilai-nilai yang menjadi pegangannya.

Tugas utama guru sebagai pengajar  adalah membantu perkembangan intelektual, afektif dan psikomotorik, melalui penyampaian pengetahuan, pemecahan masalah, latihan afektif dan keterampilan.


B  .    Guru Sebagai Pembimbing
     Selain sebagai pendidik dan pengajar guru juga sebagai pembimbing. Perkembangan anak tidak selalu mulus dan lancar, adakalanya lambat dan mungkin juga berhenti sama sekali. Dalam kondisi dan situasi seperti ini mereka perlu mendapatkan bantuan dan bimbingan. Sebagai upaya membantu anak mengatasi kesulitan atau hambatan yang dihadapi dalam perkembangannya.

     Sebagai pembimbing, guru perlu memiliki pemahaman yang seksama tentang para siswanya, baik itu tentang segala potensi dan kelemahannya, masalah dan kesulitan-kesulitannya. Serta segala latar belakangnya agar tercapai kondisi seperti itu, guru perlu banyak mendekati siswa, membina hubungan yang lebih dekat dan akrap, melakukan pendekatan serta mengadakan dialog-dialog secara langsung.

Selain fungsi seorang guru/ pendidik dalam proses pembelajaran juga seorang guru dituntu memiliki sifat dan sikap yang harus dimiliki oleh seorang guru adlah sebagai berikut :
·         Fleksibel, seorang guru adalah seorang yang telah mempunyai pegangan hidup, telah punya prinsip, pendirian dan keyakinan sendiri, baik dalam nilai-nilai maupun dalam ilmu pengetahuan. Guru juga harus bisa bertindak bijaksana, terhadap orang yang tepat dalam situasi yang tepat.
·         Bersikap terbuka, seorang guru hendaknya memiliki sifat terbuka baik untuk menerima kedatangan siswa, untuk diminta bantuan, juga untuk mengoreksi diri.
·         Berdiri sendiri, seorang guru adlah seorang yang telah dewasa, ia telah sangup berdiri sendiri baik secara intelektual, sosial maupun emosional. Berdiri sendiri secara intelektual, berarti ia memiliki pengetahuan yang cukup untuk mengajar juga telah memberikan pertimbangan-pertimbangan rasional dan mengambil suatu putusan atau pemecahan masalah.
·         Peka, seorang guru harus peka atau sensitif terhadap penampilan para siswanya.
·         Tekun, pekerjaan seorang guru membutuhkan ketekunan, baik didalam memrsiapkam, melaksankan, menilai maupun membina siswa sebagai generasi penerus bagi kehidupan yang akan datang,
·         Melihat kedepan, tugas guru adalah membina siswa sebagai generasi penerus bagi kehidupan yang akan dating.
·         Menerima diri, seorang guru selain bersikap realistis, ia juga harus mampu menerima keadaan dan kondisi dirinya ( sukmandinata, 2004 : 256-258 ).

       Dalam undang-undang no 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional, seorang guru tidak hanya dituntut pengajar yang bertugas menyampaikan materi pelajaran tertentu, tetapi juga harus berperan sebagai pendidik. Dimyati dan mudjiono (2006 : 41 ) mengatakan tugas seorang guru adalah mengajar. Dalam kegiatan mengajar ini tentu saja tidak dapat dilakukan sembarangan, tetapi harus harus mengunakan teori-teori dan prinsip-prinsip belajar, prisnsip-prinsip belajar sebagai berikut : 
·         Perhatian dan motivasi, perhatian dan motivasi mempunyai peranan yang sangat penting dalam kegiatan belajar.
·         Keaktifan, anak memupunyai dorongan untuk berbuat sesuatu
·         Ketertiban langsung / pengalaman, belajar haruslah dilakukan sendiri oleh siswa.
·         Pengulangan, melatih daya-daya jiwa dan membentuk respon yang benar dan bentuk kebiasaan-kebiasaan
·         Tantangan, dalam belajar siswa tentu memiliki hambatan yaitu mepelajari bahan belajar, maka timbulah motif yang mengatasi hambatan itu dengan belajar.





Terdapat beberapa peran guru dalam pembelajaran tatap muka yang dikemukakan oleh Moon ( 1989)
Yaitu sebagai berikut :
a.             Guru sebagai Perancang Pembelajaran ( Designer of Instruction)
b.            Guru seagai Pengelola pembelajaran ( Manager of Instruction )
c.             Guru sebagai pengarah pembelajaran
d.            Guru sebagai Evaluator ( Evluator of Student Learning )
e.             Guru sebagai Konseler
f.             Guru sebagai pelaksana Kurikulum

2.   Peserta Didik
     Dimyati dan Mudjiono ( 2006 : 22 ) dalam bukunya belajar dan pembelajaran, mendefenisikan peserta didik atau siswa adalah subyek yang terlibat dalam kegiatan belajar mengajar disekolah. Sedangkan menurut Aminuddin Rasyad ( 2000 :105 ), peserta didik (siswa) adalah seseorang atau sekelompok orang yang bertindak sebagai pelaku, pencari, penerima, dan penyimpan isi pelajaran yang dibutuhkannya untuk mencapai tujuan.
3.    Tujuan Pembelajaran 
     Pada hakekatnya  tujuan pembelajaran adalah perubahan prilaku dan tingkah laku yang positif dari peserta didik setelah mengikuti kegiatan belajar mengajar, seperti perubahan secara psikologis akan tampil dalam tingkah laku ( over behavior ) yang dapat diamati melalui alat indra oleh orang lain baik tutur kata, motorik, dan gaya hidup.
4.    Gaya Hidup
     Untuk menjamin efektivitas pengembangan kurikulum dan program pembelajaran, maka kepala sekolah beserta guru-guru lainya untuk menjabarkan isi kurikulum secara lebih rinci dan oprasional kedalam program tahunan, semesteran, dan bulanan. Adapun program mingguan atau program satuan pelajaran wajib di kembangkan guru sebelum melakukan kegiatan belajar mengajar. Berikut prinsip-prinsip yang harus diperhatikan :
·         Tujuan yang dikehendaki harus jelas, oprasional mudah terlihat, ketepatan program-program yang dikembangkan untuk mencapai tujuan. 
·         Program ini harus sederhana atau fleksibel. 
·         Program-program yang disusun dan dikembangkan harus sesuai dengan tujuan yang telah diterapkan 
·         Program yang dikembangkan harus menyeluruh dan jelas pencapaiannya 
·         Harus ada koordinasi antara kompone pelaksana program disekolah ( Mulyasa, 2006 : 41 ).

5.         Materi Pelajaran
Materi pelajaran merupakan unsure belajar yang penting mendapat perhatian oleh guru. Materi pelajaran merupakan medium untuk mencapai tujuan pembelajaran yang “dikonsumsi” oleh siswa. Karena itu , penentuan materi pelajaran mesti berdasarkan tujuan yang hendak dicapai, misalnya berupa pengetahuan, keterampilan, sikap, dan pengalaman lainnya. Materi pelajaran yang diterima siswa harus mampu merespons setiap perubahan dan mengantisipasi setiap perkembangan  yang akan terjadi di masa depan.

6.         Metode Mengajar
     Metodologi mengajar dalam dunia pendidikan perlu dimiliki oleh pendidik, karena keberhasilan Proses Belajar Mengajar (PBM) bergantung pada cara mengajar gurunya. Jika cara mengajar gurunya enak menurut siswa, maka siswa akan tekun, rajin, antusias menerima pelajaran yang diberikan, sehingga diharapkan akan terjadi peribahan tingkah laku pada siswa baik tutur katanya, sopan santunnya, motorik dan gaya hidup.

Matematika sebagai sebuah ilmu, memiliki ciri khas yang membedakannya dari pelajaran yang lain diantaranya:

1. Mengkaji Objek yang bersifat abstrak
2. Mendasarkan diri pada kesepakatan-kesepakatan
3. Menggunakan penalaran deduktif aksiomatis
4. Memiliki kebenaran yang bersifat konsisten.

g.                  Pengertian
Dari segi bahasa metode berasal dari dua kata, yaitu meta dan hodos. Meta berarti ‘melalui’ dan hodos berarti ‘jalan’ atau ‘jalan’. Dengan demikian metode adalah dapat berarti cara atau jalan yang harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan. Ada juga yang mengartikan bahwa metode adalah suatu sarana untuk menemukan, menguji, dan menyususn data yang diperlukan bagi pengembangan disiplin tersebut. Singkatnya metode adalah jalan untuk mencapai tujuan. Adapun kata ‘metodologi’ berasal dari kata ‘metoda’ dan ‘logi’. Logi berasal dari bahasa Yunani logos yang berarti akal atau ilmu. Jadi metodologi artinya ilmu tentang jalan atau cara yang harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan.

Sebagai suatu ilmu, metodologi merupakan bagian dari perangkat disiplin keilmuan yang menjadi induknya. Hampir semua ilmu pengetahuan mempunyai metodologi tersendiri. Oleh karena itu ilmu pendidikan sebagai salah satu disiplin ilmu juga memiliki metodologi yaitu metodologi pendidikan. Jadi yang diamksud dengan metode pengajaran yaitu suatu ilmu pengetahuan tentang motode yang dipergunakan dalam pekerjaan mendidik.

 Manfaat atau kegunaan metode mengajar
Gunan mempelajari metode mengajar adalah sebagai berikut :
a.             Agar terpeliharanya sebagai pembinaan mengajar
b.            Ukuran mengoreksi diri sesudah mengajar
c.             Bahan pertimbangan dengan bahan lain
d.            Agar metode yang dipakai metode terpilih dan tepat
e.             Untuk bahan studi selanjudny
b.           Macam Macam Metode Mengajar
1.     Metode Ceramah
Metode ceramah yaitu sebuah metode mengajar dengan menyampaikan informasi dan pengetahuan secara lisan kepada sejumlah siswa yang pada umumnya mengikuti secara pasif. Muhibbin Syah, (2000). Metode ceramah dapat dikatakan sebagai satu-satunya metode yang paling ekonomis untuk menyampaikan informasi, dan paling efektif dalam mengatasi kelangkaan literatur atau rujukan yang sesuai dengan jangkauan daya beli dan paham siswa. Metode ini berbentuk penjelasan konsep, prinsip dan fakta pada akhir perkuliahan ditutup dengan Tanya jawab antara dosen dan mahasiswa.

2.    Tanya Jawab
Metode tanya jawab adalah suatu metode dimana guru menggunakan atau memberi pertanyaan kepada murid dan murid menjawab, atau sebaliknya murid bertanya pada guru dan guru menjawab pertanyaan murid itu.

Metode tanya jawab merupakan cara penyajian pelajaran dalam bentuk pertanyaan yang harus dijawab terutama dari guru kepada siswa, tetapi dapat pula dari siswa kepada guru . Metode ini dipandang lebih baik dari pada metode pembelajaran konvensional yaitu metode ceramah. Alasannya karena metode ini dapat merangsang siswa untuk berfikir dan berkreativitas dalam proses pembelajaran. Metode Tanya jawab juga dapat digunakan untuk mengukur atau mengetahui seberapa jauh materi atau bahan pengajaran yang telah dikuasai oleh siswa.

3.    Diskusi
 metode diskusi adalah metode mengajar yang sangat erat hubungannya dengan memecahkan masalah (problem solving). Metode ini lazim juga disebut sebagai diskusi kelompok (group discussion) dan resitasi bersama (socialized recitation). Metode diskusi dapat pula diartikan sebagai siasat “penyampaian” bahan ajar yang melibatkan peserta didik untuk membicarakan dan menemukan alternatif pemecahan suatu topik bahasan yang bersifat problematis. Guru, peserta didik atau kelompok peserta didik memiliki perhatian yang sama terhadap topik yang dibicarakan dalam diskusi.

4.    Demonstrasi
 Metode demonstrasi adalah metode mengajar dengan cara memperagakan barang, kejadian, aturan, dan urutan melakukan suatu kegiatan, baik secara langsung maupun melalui penggunaan media pembelajaran yang relevan dengan pokok bahasan atau materi yang sedang disajikan. Menurut Syaiful Bahri Djamarah (2000) Metode demonstrasi adalah metode yang digunakan untuk memperlihatkan sesuatu proses atau cara kerja suatu benda yang berkenaan dengan bahan pelajaran.

5.  Karyawisata/Pengalaman Lapangan
 pada saat belajar mengajar siswa perlu diajak ke luar sekolah, untuk meninjau tempat tertentu atau obyek yang lain. Hal itu bukan sekedar rekreasi tetapi untuk belajar atau memperdalam pelajarannya dengan melihat kenyataannya. Karena itu, dikatakan teknik karya wisata, yang merupakan cara mengajar yang dilaksanakan dengan mengajak siswa ke suatu tempat atau obyek tertentu di luar sekolah untuk mempelajari atau menyelidiki sesuatu seperti meninjau pegadaian. Banyak istilah yang dipergunakan pada metode karya wisata ini, seperti widya wisata, study tour, dan sebagainya. Karya wisata ada yang dalam waktu singkat, dan ada pula yang dalam waktu beberapa hari atau waktu panjang.
Metode karyawisata adalah metode pembelajaran yang mengajak siswa untuk mengunjungi obyek-obyek dalam rangka untum menambah dan memperluas wawasan obyek yang dipelajari tersebut ( sesuai dengan bidangnya). Misalnya untuk pelajaran pendidikan geografi siswa dapat diajak ke obyek pemukiman transmigrasi atau obyek morfologi. Untuk pelajaran pendidikan sejarah, siswa dapat diajak ke situs sejarah. Untuk pelajaran pendidikan ekonomi siswa dapat diajak mengunjungi pabrik, atau obyek kegiatan ekonomi.

6.  Penugasan
Metode resitasi adalah metode penyajian bahan dimana guru memberikan tugas tertentu agar siswa melakukankegiatan belajar. Metode ini diberikan karena dirasakan bahan pelajaran terlalu banyak , sementara waktu sedikit. Metode pemberian tugas adalah cara dalam proses belajar mengajar dengan jalan memberi tugas kepada siswa. Tugas-tugas itu dapat berupa mengikhtisarkan karangan, (dari surat kabar, majalah atau buku bacaan) membuat kliping, mengumpulkan gambar, perangko, dan dapat pula menyusun karangan.

7.  Eksperimen Laboratorium
Metode eksperimen menurut  adalah cara penyajian pelajaran, di mana siswa melakukan percobaan dengan mengalami sendiri sesuatu yang dipelajari. Dalam proses belajar mengajar, dengan metode eksperimen, siswa diberi kesempatan untuk mengalami sendiri atau melakukan sendiri, mengikuti suatu proses, mengamati suatu obyek, keadaan atau proses sesuatu. Dengan demikian, siswa dituntut untuk mengalami sendiri, mencari kebenaran, atau mencoba mencari suatu hukum atau dalil, dan menarik kesimpulan dari proses yang dialaminya itu.

Metode ini menampilkan symbol-simbol atau peralatan yang menggantikan proses kejadian atau benda yang sebenarnya. Metode ini adalah suatu cara penguasaan bahan pelajaran melalui pengembangan dan penghayatan anak didik. Metode yang melibatkan interaksi antara dua siswa atau lebih tentang suatu topik atau situasi. Siswa melakukan peran masing-masing sesuai dengan tokoh yang ia lakoni, mereka berinteraksi sesama mereka.

9.      Metode Meragakan
Metode meragakan ialah metode yang dilakukan dengan menggunakan alat peraga (benda) dalam mengajar.

10.  Metode Sosio Drama
Metode yang di pergunakan untuk menjelaskan sesuatu, anak – anak sendiri disuruh melakukannya atau apabila tujuan yang mencakup masalah perhubungan antara manusia seperti peristiwa sejarah.

11.  Metode Test
Ialah metode mengajar dengan jalan memberikan tes kepada anak – anak untuk mengetahuikemampuan anak dalam suatu kegiatan pelajaran. Biasanya dilakukan setelah sesuatu bahan pelajaran diberikan kepada anak-anak tes disusun dengan bentuk tes objektif, tes diberikan kepada semua anak dengan bahan yang sama.
12.  Metode Drill
Metode mengajar dengan mempergunakan latihan-latihan secara intensif dan berulang- ulang adalah memberikan latihan tertulis kepada anak karena bahan pelajaran baru sedikit sedang waktu ujian semakin mendekat.

13.  Metode Infiltrasi
Metode ini disebut juga metode susupan, selipan maksudnya antipati atau jiwa ajaran tertentu diselipkan atau diselundupkan kedalam sesuatu. Mata pelajaran pada waktu guru menerangkan pelajaran tersebut misalkan jiwa agama kita selipkan pada waktu mengajar umum.

14.  Metode Gotong Royon                                                                      
Metode gotang raoyong ialah metode yang dilakukan dengan bekerja sama antara beberapa orang anak untuk menyelesaikan suatu tugas atau masalah. Metode ini disebut juga metode kelimpok atau metode beregu dan metode kelompoknya disebut studi club, studi grup.

15.  Metode Survey
Metode yang dilakukan dengan mengadakan penelitian suatu masalah dengan mengmpulkan data-data yang diperlukan dan langsung terjun kemasyarakat.

16.  Metode Wawancara
Metode yang dilakukan dengan mengadakan tanya jawab atau wawancara antara kedua pihak yang langsung berhadapan muka.

17.  Metode Problem Solving
Metode yang digunakan dengan cara langsung menghadapi masalah mengetahui dengan sejelas-jelasnya dan menemukan kesukaran- kesukarannya sehingga dapat dipecahkan.

18.  Metode Proyek
Prinsipnya usaha dengan metode proble solving hanya lebih kompleks sebab dilakukan dengan metode survey, wawancara, metode kelompok. Satu kelompok dibagibagi dalam beberapa unit.

19.  Metode Dikte
Metode yang dilakukan dengan jalan mendekte pelajaran (kuliah) untuk dicatat oleh murid, metode ini lazim dipaki perguruan tinggi.

7.      Media

Media Merupakan segala sesuatu yang dapat digunakan dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran. Dwyer ( 1967 )berpendapat bahwa belajar yang sempurna hanya dapat tercapai jika menggunakan  bahan – bahan audio- visual yang mendekati realitas.
Secara umum, media pembelajaran dapat dikelompokkan kedalam media cetak dan non cetak, atau media elektronik dan non elektronik. Santosa (2002:10). Beberapa jenis media pembelajaran yang sering digunakan diantaranya;

1. Media pandang, dengar, dan gerak; VCD, Film.
2. Media pandang gerak; film tak bersuara
3. Media pandang diam; OHT (Over Head Transparancy), slide, gambar, chart, poster.
4. Media dengar; rekaman (kaset dan CD)
5. Media cetak; buku ajar, LKS, majalah, koran.
6. Multimedia; komputer, slide berangkai.






     Pengajaran yang baik perlu ditunjang oleh pengunaan media pengajaran. Berkenaan dengan media pengajaran ada yang mengartikan secara sempit, terbatas pada alat bantu pengajaran atau alat peraga. Tapi ada pula yang mengartikan secara luas termasuk juga sumber-sumber belajar selain buku, jurnal, adalah perpustakaan, laboratorium, kebun sekolah, dan sebagainya.

8.   Evaluasi 
     Evaluasi dilakukan dalam rangka pengendalian mutu pendidikan secara nasional sampai bentuk akuntabilitas penyelengaraan pendidikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan ( UU Sisdiknas 2003, pasal 57 ). Sedangkan evaluasi hasil belajar peserta didik untuk membantu aktivitas, kemajuan dan perbaikan hasil belajar peserta didik secara berkesinambungan ( pasal 58 )


C.    Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Proses Belajar Mengajar

     Pelaksanaan proses belajar mengajar selayaknya berpegang pada apa yang tergantung dalam perencanaan pembelajaran. Selanjutnya diterbitkan oleh Depdiknas ( 2004 : 6 ) tentang factor-faktor yang mempengaruhi PBM tersebut antara lain :

·         Factor guru, pada faktor ini yang perlu mendapat perhatian adalah keterampilan mengajar, metode yang tepat dalam mengelola tahapan pembelajaran. Didalam intraksi belajar mengajar guru harus memiliki keterampilan mengajar, mengelola tahapan pembelajaran, memanfaatkan metode, mengunakan media dan mengalokasikan waktu yang untuk mengkomunikasikan tindakan mengajarnya demi tercapainya tujuan pembelajaran di sekolah. 
·         Faktor  siswa, siswa adalah subyek yang belajar atau yang disebut pembelajar. Pada faktor siswa yang harus diperhatikan adalah karakteristik umum maupun khusus, karateristik umum dari siswa adalah usia yang dikategorikan kedalam 
·                    Usia anak-anak yaitu usia pra sekolah dasar ( 4- 11 tahun); 
·                    Usia sekolah lanjutan pertama ( 12-14 tahun ) atau usia pubertas dari setiap siswa; 
·                    Usia sekolah lanjutan atas ( 15-17 tahun ) atau usia mencari identitas diri. Adapun karakteristik siswa secara khusus dapat dilihat dapat dilihat dari berbagai sudut antara lain dari sudut lain, dari sudut gaya belajar yang mencakup belajar dengan mengunakan visual,, dengan cara mendengar (auditorial) dan dengan cara bergerak atau kinestetik ( Suprayekti, 2004 : 11), 
·         Faktor kurikulum, kurikulum merupakan pedoman bagi guru dan siswa dalam mengkoordinasikan tujuan dan isi pelajaran. Pada faktor ini yang menjadi titik perhatian adalah bagai mana merealialisasikan komponen metode dengan evaluasi, 
·         Faktor lingkungan, lingkungan didalam intraksi belajar mengajar merupakan konteks terjadinya pengalaman belajar.






D.    Hakekat Proses Belajar Mengajar

Dalam keseluruhan proses pendidikan , kegiatan belajar mengajar merupakan kegiatan yang paling pokok. Hal ini berarti bahwa berhasil atau tidaknya  pencapaian pendidikan banyak bergantung kepada bagaimana proses belajar mengajar dirancang dan dijalankan secara professional.
 Setiap kegiatan proses belajar mengajar selalu melibatkan dua pelaku aktif, yaitu guru dan siswa. Guru sebagai pengajar merupakan pencipta kondisi belajar siswa yang didesain secara sengaja, sistematis dan bersikenbambungan. Sedangkan anak sebagai subyek pembelajaran merupakan pihak yang menikmati kondisi belajar yang diciptakan guru. Perpaduan dari kedua unsur manusiawi ini melahirkan intraksi edukatif dengan memanfaatkan bahan ajar sebagai mediumnya. Pada kegiatan belajar, keduanya (guru-murid) saling mempengaruhi dan member masukan. Karna itulah kegiatan belajar mengajar harus merupakan aktivitas yang hidup, sarat nilai dan senantiasa memiliki tujuan.

Rumusan belajar mengajar tradisional selalu menempatkan anak didik sebagai obyek pembelajaran dan guru sebagai subyeknya. Rumusan seperti ini membawa konsekuensi terhadap kurang bermaknanya kedudukan anak dalam proses pembelajaran, sedangkan guru menjadi faktor yang dominan dalam keseluruhan proses belajar mengajar. 
Pelaksanaan Proses Belajar Mengajar




















BAB III
PENUTUP

A.           Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan wawancara yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar, para guru menggunakan beberapa metode mengajara seperti metode ceramah, tanya jawab, diskusi, dan pemberian tugas serta karyawisata/pengalaman lapangan.

B.           Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, penulis menyarankan :
1.     Kepada kepala Sekolah :
Kepala Sekolah selaku penanggung jawab sekolah, hendaknya dapat menyediakan perangkat atau media belajar yang di butuhkan bagi setiap guru sehingga proses kegiatan belajar mengajar akan dinamis dan berfariasi yaitu  dengan mengoptimalkan penggunaan media belajar yang baik dan lengkap untuk meningkatkan prestasi belajar sisiwa. Dan untuk menjalankan fungsi bimbingan, kaluu bisa pihak sekolah sudah selayaknya menyediakan guru pembimbing khusus.
2.  Kepada Guru
Guru hendaknya dapat meningkatkan kreatifitas dan mutu pendidikan dengan menerapkan metode-metode belajar yang baik dalam proses belajar mengajar sehingga mampu menciptakan model-model belajar yang dapat membantu siswa dalam menghadapi kesulitan belajar.



Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda

1 komentar:

Do you understand there's a 12 word phrase you can communicate to your crush... that will trigger deep emotions of love and impulsive attractiveness for you deep inside his heart?

That's because hidden in these 12 words is a "secret signal" that triggers a man's impulse to love, worship and protect you with all his heart...

=====> 12 Words That Fuel A Man's Love Instinct

This impulse is so built-in to a man's genetics that it will make him try better than before to make your relationship the best part of both of your lives.

In fact, fueling this dominant impulse is so important to having the best possible relationship with your man that as soon as you send your man one of the "Secret Signals"...

...You will soon notice him expose his soul and mind for you in such a way he haven't expressed before and he'll perceive you as the only woman in the universe who has ever truly interested him.

Posting Komentar